LAPORAN KEUANGAN DAN JENISNYA
·
Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan
informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi pada suatu periode
akuntansi, yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan/organisasi tersebut
· Jenis/Macam-macam Laporan Keuangan
1.
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan keuangan yang menyajikan detail atau rincian
pendapatan yang diperoleh dan beban yang terjadi selama satu periode akuntansi
di suatu perusahaan atau mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau
kerugian pada periode tersebut.
2.
Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi,
berfungsi untuk mengetahui apakah modal perusahaan bertambah atau berkurang.
3.
Neraca (Balance Sheet)
Laporan keuangan yang menunjukkan jumlah harta, utang, dan
modal dari sebuah perusahaan selama satu periode akuntansi di perusahaan
tersebut.
4.
Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui arus kas
masuk dan kas keluar, dan juga melihat pengaruhnya terhadap saldo kas akhir
periode. Arus kas masuk seperti pendapatan atau pinjaman dari pihak lain
sedangkan arus kas keluar seperti biaya-biaya yang sudah dikeluarkan
perusahaan.
5.
Catatan atas laporan keuangan
Catatan
atas laporan keuangan, adalah laporan keuangan yang dibuat berkaitan dengan
laporan keuangan lain yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi atau
penjelasan secara rinci atau detail yang dianggap perlu terhadap laporan
keuangan yang ada. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas
dengan data yang disajikan.
· Tujuan Laporan Keuangan
Menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (IAI, 2007) tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna
laporan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi dan menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuan ini, laporan keuangan
memberikan informasi tentang perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2) kewajiban;
(3) modal/ekuitas; (4) pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;
dan (5) arus kas.
Accounting Principles Board Statement No. 4 (dalam Belkaoui,
2006, h.212) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan menjadi 3 yaitu tujuan
khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, dan menempatkan mereka di bawah
suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan ini dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Tujuan khusus dari laporan keuangan
adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang
berlaku umum, posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi
keuangan.
2.
Tujuan umum laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
- Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber kekuatan ekonomi dan kewajiban bisnis untuk mengevaluasi keuntungan dan kerugian, menunjukkan pendanaan dan investasi, evaluasi kemampuan untuk memenuhi komitmennya, menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
- Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk membuat keuntungan agar dapat menyajikan harapan pengembangan dividen kepada investor; menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, menyediakan lapangan kerja bagi karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk ekspansi bisnis; memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian terhadap manajemen; menyajikan keuntungan jangka panjang.
- Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi pendapatan bagi perusahaan.
- Untuk memberikan informasi lain yang diperlukan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
- Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pengguna laporan.
3. Tujuan kualitatif dari laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
- Relevansi, yang berarti pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk memberikan bantuan kepada pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.
- Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi yang jelas, namun pengguna harus dapat memahaminya.
- Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
- Netralitas, yang berarti bahwa informasi akuntansi yang ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukan kebutuhan khusus dari pengguna pengguna tertentu.
- Ketepatan waktu, yang berarti komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
- Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
- Kelengkapan, yang berarti sudah dilaporkannya semua informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
Pengertian
Analisis Laporan Keuangan
Analisis
laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi
keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
Pengguna Analisa Laporan Keuangan
- Management
- Pemegang Saham
- Kreditur
- Supplier
- Pemerintah
- Karyawan
- Konsumen
- Masyarakat
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Ada beberapa tujuan bagi berbagai
pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan analisis laporan keuangan adalah :
- Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertent, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
- Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan
- Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
- Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja uang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisis keuangan perusahaan saat ini
- Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
- Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai
Manfaat Analisa Laporan Keuangan
· Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan di bidang keuangan
· Mengetahui Kinerja Perusahaan
· Membantu dalam pengawasan perusahaan
·.Membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan
· Melihat perkembangan usaha perusahaan selama beberapa waktu.
Langkah-langkah dalam melakukan Analisa Laporan Keuangan
·Menetapkan tujuan dari analisa
· Mempelajari industri dimana perusahaan beroperasi dengan menghubungkan iklim sekarang dan pembanguanan ekonomi.
· Mengembangkan pengetahuan tentang perusahaan dan manajemen
· Mengevaluasi laporan keuangan
· Mengikhtisarkan penemuan berdasarkan analisa dan pengambilan keputusan tentang perusahaan,terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan
Jenis-jenis Analisa Laporan Keuangan:
- Analisa Horizontal adalah analisa yang membandingkan suatu pos dalam laporan
keuangan dengan pos yang sama tetapi pada periode yang berbeda.
Perubahan Rupiah = Angka periode tahun berjalan – Angka periode tahun dasar
Perubahan Prosentase = Perubahan Rupiah dibagi angka periode tahun dasar x 100
Perubahan Rupiah = Angka periode tahun berjalan – Angka periode tahun dasar
Perubahan Prosentase = Perubahan Rupiah dibagi angka periode tahun dasar x 100
- Analisa Vertikal adalah analisa yang membandingkan pos dalam suatu laporan keuangan dengan pos lainnya yang dijadikan tolak ukur dalam 1 periode yang sama.
Pos dalam laporan keuangan yang lazim dijadikan tolak ukur adalah penjualan dan total aktiva.
- Analisa Likuiditas Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
- Current Ratio : Mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo
cara hitung : Aktiva Lancar dibagi Kewajiban Lancar
- Quick Ratio : Mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang jatuh tempo dari dana yang benar-benar likuid.
Cara hitung : Kas + Surat Berharga + Piutang dibagi kewajiban lancar
Cara hitung : Kas + Surat Berharga + Piutang dibagi kewajiban lancar
Analisis Rasio Laporan Keuangan
Perusahaan
Analisa rasio keuangan yang biasa
digunakan adalah:
1.
Rasio
Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
a. Current Ratio,
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial
jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.
Rumus menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar /
Hutang Lancar X 100%
b. Cash Ratio,
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial
jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga
atau efek jangka pendek.
Rumus menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang
Lancar X 100%
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih
likuid (Liquid Assets).
Rumus menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang /
Hutang Lancar X 100%
Catatan : Nilai ideal dari ketiga
analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar
adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.
Rumus
menghitung Gross Profit Margin:
Gross Profit
Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%
b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
Rumus
menghitung Operating Income Ratio:
Operating
Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum (EBIT) /
Penjualan Netto X 100%
d. Net Profit Margin, rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari
penjualan.
Rumus
menghitung Net Profit Margin:
Net Profit
Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%
e. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola
modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.
Rumus
menghitung Earning Power of Total Investment:
Earning Power
of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%
f. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power
Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
pendapatan bersih.
Rumus
menghitung Rate of Return Investment (ROI):
Rate of Return
Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%
g. Return on Equity (ROE), rasio
untuk mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus
menghitung Return on Equity (ROE):
Return on
Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
h. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the
Owners, rasio untuk mengukur kemampuan modal
sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.
i.
Rumus
menghitung Rate of Return on Net Worth:
Rate of Return
on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase
Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa
membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar.
3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang. Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.
Rumus menghitung
Total Debt to Assets Ratio:
Total Debt to
Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%
b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.
Rumus
menghitung Total Debt to Equity Ratio:
Total Debt to
Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai
persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%.
4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.
Rumus
menghitung Total Assets Turn Over Ratio:
Total Assets
Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%
b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih
(Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus
kas dari perusahaan.
Rumus
menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital
Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%
c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang
dimiliki terhadap penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa
besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki
secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.
Rumus
menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets
Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%
d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan
perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio
ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.
Rumus
menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Inventory Turn
Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%
e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh
perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.
Rumus
menghitung Average Collection Period Ratio:
Average
Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan
membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.
Rumus
menghitung Receivable Turn Over Ratio:
Receivable Turn
Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai
persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda bisa membandingkannya
dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai
seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.
CONTOH KASUS:
Analisis Rasio Laporan Keuangan Pada
PT Gudang Garam Tbk.
NB : untuk melihat laporan keuangannya, buka link di referensi :
A. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi
Current
Ratio
Current
Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
|
||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
Current Ratio =
(Rp.
15.027.032/ Rp 7.697.918) x 100% = 1,95%
|
Current Ratio =
(Rp 17.955.845/ Rp
9.437.259) x 100% = 1,9%
|
Current ratio yang
rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan laba perusahaan. Pada laporan keuangan diatas terjadi penurunan
current ratio dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0,05%.
|
Quick
Ratio/Acid Test Ratio
Quick
Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x 100%
|
||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
Quick Ratio =
((Rp.15.027.032-Rp. 11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40% |
Quick Ratio =
((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/ Rp.9.437.259)) x 100% =0,41% |
Semakin besar quick
ratio maka semakin baik pula kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio
memiliki perbandingan 1:1 atau 100% perusahaan tersebut dianggap kurang
baik. Dalam laporan keuangan ini diketahui adanya sedikit peningkatan quick
ratio dari 0,40% menjadi 0,41%. Yang berarti perusahaan masih dalam keadaan
stabil.
|
Cash
Ratio
Cash
Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%
|
|||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
|
Cash Ratio =
(Rp. 289.152/ Rp. 7.697.918) x 100% = 0,037% |
Cash Ratio =
(Rp. 411.689/ Rp.9.437.259) x 100% = 0,043% |
Rasio ini menunjukan
kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. Dapat
dilihat meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu dari 0,037%
menjadi 0,043%
|
|
Working
Capital to Total Assets Ratio
WCTAR
= Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar / Jumlah Aktiva
|
|||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
|
Working
Capital to Total Assets Ratio =
(15.027.032-7.697.918)/21.878.013 = 0,33%
|
Working
Capital to Total Assets Ratio =
(Rp 17.955.845- Rp 9.437.259)/ Rp 24.904.022
=0,34%
|
Likuiditas dari
total aktiva dan posisi modal kerja netto. Setiap Rp 1 assets
perusahaan Rp 0,33 untuk tahun 2007 dan 0,34 untuk tahun2008 terdiri
dari modal kerja (aktiva lancar)
|
|
B. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas, berguna untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika
perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek. Jika
perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya, maka
perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Dalam hubungan antara
likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan
yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable
b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa
rasio, yaitu :
Total
Debt to Equity Ratio
Total
Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%
|
||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
Perputaran Piutang =
(Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,63% |
Perputaran Piutang =
(Rp.10.359.076/Rp.14.530.132) x 100% =0,71% |
Bagian setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. dari setiap
rupiah modal sendiri menjadi jaminan hutang.
Rasio di samping
sebesar 0,63 % dan 0,71 % untuk tahun 2007 dan 2008. Maka kurang dari 100%
maka dari itu perusahaan tidak perlu takut tidak bisa membayar hutangnya.
|
Total
Debt to Assets Ratio
Total
Debt Assets Rasio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%
|
||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
Total Debt to Asset
Ratio =
(Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38% |
Total Debt to Asset
Ratio =
(Rp.10.359.076/Rp.20.904.022) x 100% =0,49% |
Beberapa bagian dari
keseluruhan dana yang dibelanjai dengan utang. Atau Berapa bagian dari
aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. 38% untuk 2007 dan 49% untuk
2008, dari setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang.
|
C. Rasio
Profitabilitas
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. :
Gross
Profit Margin ( Margain Laba Kotor)
GPM
= (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
|
|||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
|
GPM =
(Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733) x 100% = 0,18% |
GPM =
(Rp.2.427.250/Rp.15.056.347) x 100% =0,16% |
Laba Bruto per
rupiah penjualan. Setiap Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,18 tahun 2007
dan 0,16 tahun 2008..
Semakin besar rasio
ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi/menguntungkan.
|
|
Net
Profit Margin ( Margain Laba Bersih)
(Laba
Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%
|
|||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
|
NPM =
(Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,032% |
NPM =
(Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x 100% = 0,035% |
Keuntungan netto per
rupiah penjualan. setiap rupiah penjualan menghsilkan keuntungan netto
sebesar Rp 0,032 % dan 0,035%
|
|
Earning
Power of Total Invesment
EPTI
= (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%
|
|||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
|
EPTI =
(Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,08% |
EPTI =
(Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,09% |
Kemampuan modal yang
di investasikan dalam keseluruhan Aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi semua investor. Setiap satu rupiah modal yang diinvestasikan
menghasilkan keuntungan Rp 0,08 dan Rp 0,09 untuk semua
investor.
|
|
Return
On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
ROE
= (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%
|
||
Tahun
2007
|
Tahun
2008
|
Analisa
|
ROE =
(Rp.710.565/ Rp.13.386.776)
x 100% = 0,3%
|
ROE =
(Rp. 891.358 / Rp.
14.530.132) x 100% = 0,61%
|
Kemampuan modal
sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan biasa.
Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan netto Rp
0,3% dan 0,61% yang tersedia bagi pemegang saham
preferen dan biasa
|
Referensi :
A.
A