Jumat, 31 Maret 2017

LAPORAN KEUANGAN DAN PRINSIPNYA



LAPORAN KEUANGAN DAN JENISNYA

·         Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi pada suatu periode akuntansi, yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan/organisasi tersebut

·         Jenis/Macam-macam Laporan Keuangan

1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan keuangan yang menyajikan detail atau rincian pendapatan yang diperoleh dan beban yang terjadi selama satu periode akuntansi di suatu perusahaan atau mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian pada periode tersebut.
2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi, berfungsi untuk mengetahui apakah modal perusahaan bertambah atau berkurang.
3. Neraca (Balance Sheet)
Laporan keuangan yang menunjukkan jumlah harta, utang, dan modal dari sebuah perusahaan selama satu periode akuntansi di perusahaan tersebut.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui arus kas masuk dan kas keluar, dan juga melihat pengaruhnya terhadap saldo kas akhir periode. Arus kas masuk seperti pendapatan atau pinjaman dari pihak lain sedangkan arus kas keluar seperti biaya-biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan, adalah laporan keuangan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan lain yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi atau penjelasan secara rinci atau detail yang dianggap perlu terhadap laporan keuangan yang ada. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas dengan data yang disajikan.

·         Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (IAI, 2007) tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi dan menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuan ini, laporan keuangan memberikan informasi tentang perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2) kewajiban; (3) modal/ekuitas; (4) pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian; dan (5) arus kas.

Accounting Principles Board Statement No. 4 (dalam Belkaoui, 2006, h.212) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan menjadi 3 yaitu tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, dan menempatkan mereka di bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan ini dapat diringkas sebagai berikut:
1. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

2. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:
  1. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber kekuatan ekonomi dan kewajiban bisnis untuk mengevaluasi keuntungan dan kerugian, menunjukkan pendanaan dan investasi, evaluasi kemampuan untuk memenuhi komitmennya, menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
  2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk membuat keuntungan agar dapat menyajikan harapan pengembangan dividen kepada investor; menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, menyediakan lapangan kerja bagi karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk ekspansi bisnis; memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian terhadap manajemen; menyajikan keuntungan jangka panjang.
  3. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi pendapatan bagi perusahaan.
  4. Untuk memberikan informasi lain yang diperlukan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
  5. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pengguna laporan.
3. Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
  1. Relevansi, yang berarti pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk memberikan bantuan kepada pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.
  2. Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi yang jelas, namun pengguna harus dapat memahaminya.
  3. Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
  4. Netralitas, yang berarti bahwa informasi akuntansi yang ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukan kebutuhan khusus dari pengguna pengguna tertentu.
  5. Ketepatan waktu, yang berarti komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
  6. Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
  7. Kelengkapan, yang berarti sudah dilaporkannya semua informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.


Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.

Pengguna Analisa Laporan Keuangan
  • Management 
  • Pemegang Saham
  • Kreditur
  • Supplier
  • Pemerintah
  • Karyawan
  • Konsumen
  • Masyarakat

Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Ada beberapa tujuan bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah :
  1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertent, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
  2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan
  3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
  4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja uang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisis keuangan perusahaan saat ini
  5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
  6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai

Manfaat Analisa Laporan Keuangan

· Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan di bidang keuangan
 
· Mengetahui Kinerja Perusahaan

· Membantu dalam pengawasan perusahaan
 
·.Membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan
 
· Melihat perkembangan usaha perusahaan selama beberapa waktu.

Langkah-langkah dalam melakukan Analisa Laporan Keuangan

·Menetapkan tujuan dari analisa
 
· Mempelajari industri dimana perusahaan beroperasi dengan menghubungkan iklim sekarang dan pembanguanan ekonomi.

· Mengembangkan pengetahuan tentang perusahaan dan manajemen
· Mengevaluasi laporan keuangan

· Mengikhtisarkan penemuan berdasarkan analisa dan pengambilan keputusan tentang perusahaan,terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan

Jenis-jenis Analisa Laporan Keuangan:

- Analisa Horizontal adalah analisa yang membandingkan suatu pos dalam laporan keuangan dengan pos yang sama tetapi pada periode yang berbeda.
Perubahan Rupiah = Angka periode tahun berjalan – Angka periode tahun dasar
Perubahan Prosentase = Perubahan Rupiah dibagi angka periode tahun dasar x 100
 
- Analisa Vertikal adalah analisa yang membandingkan pos dalam suatu laporan keuangan dengan pos lainnya yang dijadikan tolak ukur dalam 1 periode yang sama.
Pos dalam laporan keuangan yang lazim dijadikan tolak ukur adalah penjualan dan total aktiva.

- Analisa Likuiditas Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

- Current Ratio : Mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo cara hitung : Aktiva Lancar dibagi Kewajiban Lancar
- Quick Ratio : Mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo dari dana yang benar-benar likuid.
Cara hitung : Kas + Surat Berharga + Piutang dibagi kewajiban lancar

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1.    Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a.    Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b.    Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c.    Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:
Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

d.    Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%

e.    Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:
Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

f.      Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):
Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

g.    Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

h.    Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.
i.       
Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:
Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar.

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang. Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%.

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.  Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:
Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.
Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:
Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X 100%

f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:
Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.

CONTOH KASUS:
Analisis Rasio Laporan Keuangan Pada PT Gudang Garam Tbk.

NB : untuk melihat laporan keuangannya, buka link di referensi :



A.      Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah  masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi
Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Current Ratio =
 (Rp. 15.027.032/ Rp 7.697.918) x 100% = 1,95%




Current Ratio =
(Rp 17.955.845/ Rp 9.437.259) x 100%  = 1,9%
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Pada laporan keuangan diatas terjadi penurunan current ratio dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0,05%.
 Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Quick Ratio =
((Rp.15.027.032-Rp. 11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40%






Quick Ratio =
((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/ Rp.9.437.259)) x 100% =0,41%
Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100%  perusahaan tersebut dianggap kurang baik. Dalam laporan keuangan ini diketahui adanya sedikit peningkatan quick ratio dari 0,40% menjadi 0,41%. Yang berarti perusahaan masih dalam keadaan stabil.

Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Cash Ratio =
 (Rp. 289.152/ Rp. 7.697.918) x 100% = 0,037%
Cash Ratio =
 (Rp. 411.689/ Rp.9.437.259) x 100% = 0,043%
Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. Dapat dilihat  meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu dari 0,037% menjadi 0,043%
Working Capital to Total Assets Ratio
WCTAR = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar / Jumlah Aktiva
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Working Capital to Total Assets Ratio =

(15.027.032-7.697.918)/21.878.013 = 0,33%
Working Capital to Total Assets Ratio =

(Rp 17.955.845- Rp 9.437.259)/ Rp 24.904.022 =0,34%
Likuiditas dari total  aktiva dan posisi modal kerja netto. Setiap Rp 1 assets perusahaan Rp 0,33 untuk tahun 2007 dan 0,34 untuk tahun2008 terdiri dari  modal kerja (aktiva lancar)




B.      Rasio Solvabilitas

Solvabilitas, berguna untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek. Jika perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya, maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.

Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :

a. Perusahaan yang likuid  tetapi insolvable
b. Perusahaan  yang likuid  dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
d. Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid
Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :

Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Perputaran Piutang =
(Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,63%

Perputaran Piutang =
(Rp.10.359.076/Rp.14.530.132) x 100% =0,71%
Bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan hutang.
Rasio di samping sebesar 0,63 % dan 0,71 % untuk tahun 2007 dan 2008. Maka kurang dari 100% maka dari itu perusahaan tidak perlu takut tidak bisa membayar hutangnya.
Total Debt to Assets Ratio
Total Debt Assets Rasio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
Total Debt to Asset Ratio =
(Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38%


Total Debt to Asset Ratio =
(Rp.10.359.076/Rp.20.904.022) x 100% =0,49%
Beberapa bagian dari keseluruhan dana yang  dibelanjai dengan utang. Atau Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. 38% untuk 2007 dan 49% untuk 2008, dari setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang.

C.       Rasio Profitabilitas
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. :
Gross Profit Margin ( Margain Laba Kotor)
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
GPM =
 (Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733) x 100% = 0,18%
GPM =
(Rp.2.427.250/Rp.15.056.347) x 100% =0,16%
Laba Bruto per rupiah penjualan. Setiap Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,18 tahun 2007 dan 0,16 tahun 2008..
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi/menguntungkan.
Net Profit Margin ( Margain Laba Bersih)
(Laba Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
NPM =
 (Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,032%
NPM =
(Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x 100% = 0,035%
Keuntungan netto per rupiah penjualan. setiap rupiah penjualan menghsilkan keuntungan netto sebesar Rp 0,032 % dan 0,035%
Earning Power of Total Invesment
EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa
EPTI =
 (Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,08%
EPTI =
(Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,09%
Kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan Aktiva  untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Setiap satu rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan  Rp 0,08 dan Rp 0,09  untuk semua investor.





Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2007
Tahun 2008
Analisa

ROE =
(Rp.710.565/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,3%



ROE =
(Rp. 891.358 / Rp. 14.530.132) x 100% = 0,61%

Kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan biasa. Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan netto Rp 0,3%  dan 0,61%  yang tersedia bagi pemegang saham preferen  dan biasa



Referensi :



 


A.     
A